CARI DI BLOG INI

Catatan Lombok Post terkait Sitti Rohmi Djalillah

HAMDANI WATHONI, Wartawan Lombok Post mencatat bahwa Rektor Universitas Hamzanwadi Dr. Sitti Rohmi Djalillah menjadi salah satu figur perempuan yang digadang sebagai calon kuat dalam Pilgub NTB mendatang. Bagaimana sosok akademisi yang juga kakak dari Gubernur NTB HM Zainul Majdi ini? Berikut catatannya

Judul Utama : Lebih Dekat dengan Sitti Rohmi Djalillah (1)
Sumber : Lombok Post

Raut wajahnya teduh. Dalam setiap kata yang dia ucapkan, sebagian besar diakhiri dengan  senyum tipis. Anak pertama dari almarhum HM. Djalaluddin dan Siti Rauhun ini merupakan kakak dari Gubernur NTB Dr HM Zainul Majdi dan empat saudara lainnya.

Ditemui Lombok Post di ruangannya, Dr Sitti Rohmi Djalillah masih terlihat sibuk dengan sejumlah urusan di Universitas. Namun, ia berupaya meluangkan waktunya. Dalam balutan hijab biru, ia masih nampak anggun di usianya yang hampir setengah abad.

Rohmi, sapaannya lahir di Pancor 29 Nopember 1968. Namun demikian, ia tumbuh besar di Mataram di kediaman orang tuanya. Ia menghabiskan mas kanak-kanak di SDN 3 Mataram kemudian SMPN 2 Mataram dan SMAN 1 Mataram.

Sejak duduk di bangku kelas  SD hingga SMA, istri Ketua DPRD Lotim H Khairul Rizal ini adalah langganan juara umum di sekolahnya. Apa rahasianya? Rohmi pun mengungkap bagaimana ia berhasil mendapatkan sejumlah prestasi yang diraihnya. “Semua biasa saja tidak ada yang istimewa. Semua berjalan apa adanya karena orang tua memang mendidikkami hidup sederhana,” tuturnya membuka percakapan.

Diceritakan Rohmi bagaimana kehidupan dirinya bersama keluarganya sejak masa kecil. Ia mengaku dididik dalam penuh kesederhanaan namun mengedepankan agama sebagai yang utama. Misalnya saja kewajiban untuk salat berjamaah, di waktu subuh, maghrib dan isya.

“Tiga waktu tersebut wajib berjamaah. Ini yang saya rasakan ditekankan oleh kedua orang tua saya. Kalau untuk masalah pelajaran, nggak ada yang khusus. Lebih banyak waktunya belajar di sekolah. Kalau di rumah sih lebih banyak mainnya seperti anak pada umumnya,” bebernya tersenyum.

Selain itu, keluarganya dikatakannya memiliki kebiasan untuk wajib sarapan, makan siang hingga makan malam bersama-sama di rumah. Kebersamaan dalam keluarga dalam sebuah kesederhanaan menjadi sebuah konsep yang sangat dijaga oleh ayahnya.

“Kami itu juga oleh beliau didik disiplin. Kalau misalnya ngatur waktu itu harus pintar, yang paling utama jangan tinggal salat. Lebih baik tinggal yang lain,” akunya.

Meski demikian, menurutnya keluarganya tidak seperti yang dibayangkan banyak orang. Meski hidup dalam dunia pendidikan Islam pesantren, ia merasa hidup normal seperti anak pada umumnya. Tidak melulu berkutat dalam kesibukan belajar.

“Tidak seperti yang dibayangkan. Waktunya main ya main, waktu sekolah ya sekolah. Itu pak tuan guru (TGB, Red) dia mainnya minta ampun. Lapangan Sangkareang itu sudah jadi daerah kekuasaannya untuk main. Nggak melulu kok belajar agama,” ceritanya.

Keseharian Rohmi semasa kecil dijalani seperti anak seusianya. Tidak ada perlakuan istimewa meskipun saat itu ia adalahanak seorang pejabat pemerintah daerah. “Kami nggak pernah merasa kalau kami ini anak pejabat. Nggak  pakai fasilitas mobil bapak untuk ke sekolah. Saya jalan kaki dari rumah ke sekolah, kadang kalau panas naik bemo,” kenangnya.

Prestasi di SD berlanjut ketika duduk di bangku SMPN 2 Mataram. Dimana ia sempat khawatir bahwa di sekolah yang menjadi salah satu sekolah favorit di Kota Mataram tersebut tak lagi bisa juara.

“Alhamulillah ternyata dapat juara umum juga. Padahal pesaingnya berasal dari sejumlah sekolah ternama yang ada di Kota Mataram,” akunya.

Berhasil meraih juara umum saat itu, ia pun dihadiahi ayahnya sepeda motor Yamaha Super Cup 800. Dimana hadiah ini menjadi sesutau hal yang paling berharga menurutnya. “Itu saya gunakan sampai tamat kuliah S1 di ITS Surabaya. Bahagianya bukan main. Hadiah itu membuat saya termotivasi untuk terus juara hingga di bangku SMA,” tuturnya (Bersambung/r2).

NEWS